Jumat, 18 November 2016

Sebuah Penyesalan

Matahari mulai terbenam  masih ada dua lagu yang belum kubawakan, sepertinya ku tak sanggup lagi tuk berdiri. Aku mendengar suara yang begitu riuh memanggil namaku dengan antusias. Aku tak ingin mencewakan mereka,
kupaksakan tubuhku tuk bangkit dan begitu pula raga ini tuk menghibur ratusan orang yang menonton aksi ku di atas panggung.

Sampai di apartment, aku langsung terkulai lemas dan aku pun berbaring di sofa yang berada di ruang tamu, perlahan ku menutup mata akhirnya tertidur. Kicauan burung membangunkanku di pagi itu. Kurasakan cacing perutku berdemo ingin di beri makanan. Lalu ku berjalan selangkah demi selangkah menuju meja makan .

Betapa terkejutnya aku melihat meja makan yang penuh dengan makanan. “Siapa yang memasaknya?” tanyaku dalam hati. Tiba-tiba muncul sosok wanita berrambut panjang berbaju biru  muncul di balik pintu dapur ternyata adalah sahabatku.


Dia adalah Kirana, wanita yang sangat ku kagumi. Penyabar, jujur, perhatian dan setia adalah sifatnya. Banyak lagu yang kuciptakan karena terinspirasi darinya.

        “Sejak kapan kamu disini? ” tanyaku
        “Sejak kamu masih tidur ” jawabnya dengan senyuman manis
        “Mengapa kamu tak bangunkanku ?” tanyaku
        “Kulihat kamu begitu lelah dan menikmati tidurmu” jawabnya

Karena cacing perutku meronta-ronta, ku lahap roti keju yang ada di hadapanku. Kirana melirikku dengan senyuman.

        “Lapar ya ?”, tanya
Kirana dengan nada manja.
        “hehehe.” jawabku dengan menganggukkan kepala .

Sesaat kemudian, aku mendapat telepon dari produser untuk menghadiri meeting dengannya. Padahal di hari itu juga aku berjanji pada
Kirana untuk menemaninya berlibur ke Bogor. Akhirnya rencana itu pun pupus sudah aku harus meeting dan menggarap project dengan produser. Aku pun berjanji pada Kirana bahwa bulan depan aku akan menemaninya.

Setiap malam aku menciptakan lagu untuk mempersiapkan album baruku yang akan dirilis bulan depan. Sehingga waktu luangku habis hanya untuk membuat lagu dan waktu untuk Kirana menjadi terbengkelai. Setiap kali Kirana mengajakku bertemu  aku selalu mengelak dengan alasan pekerjaan.

Tak terasa sudah tiga minggu aku tidak berjumpa dengan
Kirana. Rasa rindu tumbuh subur dihatiku. Tetapi saat aku bertemu dengan Kirana, sifatnya sedikit agak berubah. Dia tampak pendiam dan lebih pasif. Tidak seperti biasanya yang periang dan murah senyum. Mungkin dia agak marah karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Hal itu tak kutanggapi dengan serius.   

Sehari sebelum launching album, produser mengadakan meeting dan diakhiri dengan check sound. Hari yang kutunggu akhirnya tiba. Aku berharap launching album ini berjalan seperti yang ku inginkan dan album yang ku garap meledak dipasaran. 

Di awal acara aku mendapat telepon dari Kirana yang menagih janji untuk menemaninya untuk berlibur ke puncak bogor. Akhirnya kuputuskan agar
Kirana berangkat sendiri dan aku akan menyusulnya besok pagi. Tanpa jawaban, Kirana langsung memutus telepon . Hal itu tak kutanggapi dengan serius . Dan acara ini pun berjalan sukses .

Tiba-tiba ada kabar yang menyebutkan bahwa
Kirana telah mengalami kecelakaan lalu lintas. Aku pun langsung bergegas menuju rumah sakit. Tetapi kedatanganku sudah terlambat. Kirana terlebih dahulu pergi sebelum aku datang.

Air mataku jatuh terurai saat ku melihat sosok yang ku kagumi telah terbujur kaku di hadapanku. Wajahnya seolah tersenyum menyambut kedatanganku. Menyambut kedatangan orang yang tak punya perasaan.

Kulihat secarik kertas di samping tubuh
Kirana yang ternyata adalah pesan terakhirnya . Dalam pesan itu Kirana menulis tiga kata yang membuatku sangat menyesal. “ Kutunggu Kau Disana “ itulah pesan yang ditulis Kirana sebelum ia pergi ke Bogor. Ternyata dia sudah merasakan apa yang akan dia alami.

Mungkin, batu nisan pisahkan dunia kita, namun dirimu akan selalu ada di hidupku . Menemani dalam setiap detak jantung hingga merasuk dalam relung jiwa. Penyesalan yang selalu datang takkan membuatmu kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar